Suku Baduy, Inspirasi Buat Pemimpin Bangsa Ini..

PESONA WISATA INDONESIA--Inspirasi dalam memimpin Negeri ini tak perlu juga jauh-jauh ke luar negeri. Faktanya, di Negeri sendiri, itu telah lama diwariskan oleh para pendahulu Kita kok. Mau bukti? Silahkan amati tradisi atau budaya yang masih dianut Suku Baduy Dalam, terutama di 3 kampung: Cibeo, Cikesik dan Cikartawana. 

Pastinya, buat penganut Suku Baduy Pedalaman, diserahi tugas sebagai seorang “Puun” atau kepala suku “haram” hukumnya untuk tak jadi amanah! Karena, kondisi itu sudah jadi takdir berdasar keinginan leluhur mereka.Dan, itu sulit untuk ditolak! 

Makanya jangan kaget, rata-rata ketika seseorang telah menampuk jabatan tadi.Berbagai ambisi keduniaan mutlak kudu ditanggalkan. Intinya, jangan berharap deh memimpin di 3 kampung tadi, kondisi ekonomi bakalan berlimpah ruah. Justru sebaliknya. Dibanding masyarakat yang dipimpinnya, lelaku adat seorang Puun

harus lebih sederhana. 

Wah, beda ya jika dibandingkan para pejabat Negeri ini! Jelasnya, paling ketara itu terlihat dari rumah seorang Puun dipastikan paling sederhana atau kecil dibandingkan rumah warga yang dipimpinnya. 

Namun berangkat dari kesederhanaan inilah. Kondisi ketentraman dan kesejahteraan masyarakat bisa terjaga. Mutlak, warga akan teramat manut dan menghargai para pemimpinnya tadi. Bahkan saking tentremnya, di 3 kampung Suku Baduy Dalam, tak perlu secara khusus membentuk kelompok atau intitusi pengamanan semacam petugas ronda, Hansip, atau sejenisnya. Kok bisa ya? Lalu, apa enggak ada yang melakukan tindak kriminal, seperti mencuri atau merampok? 

Sekali lagi, ini memang mustahil. Tapi faktanya ini benar-benar terjadi. Lumbung padi atau berbagai hasil panenan kebun semacam durian, misalnya. Begitu saja di simpan tanpa penjaga. Itu pun lokasinya bukan di dalam kampung. Tapi, nun jauh di sekitaran sawah atau kebun di mana mereka menanam. Ada yang mencuri? Dijamin jika orang Suku Baduy Dalam mana berani. Soalnya, kuatnya ajaran aliran kepercayaan “Sunda Wiwitan” yang mereka anut. Mengisyaratkan bahwa barang siapa mencuri milik orang lain. Maka di kemudian hari si pencuri akan mengalami hal-hal buruk terhadap dirinya, keluarga atau hartanya. Hingga kini, kepercayaan ini masih kuat dipake!